Jaman dahulu kala di kota Garut ada sebuah perkampungan terpencil. Penduduknya hidup dari bercocok tanam dan bertani serta mencari ikan di sungai-sungai kecil.
Di kampung tersebut ada seorang Janda yang kaya raya, tanahnya luas, kolamnya banyak besar-besar. Banyak penduduk disana yang bekerja padanya. Janda tersebut terkenal dengan sebutan Nyi Endit.
Kenapa disebut Nyi Endit, itu karena berasal dari bahasa sunda yaitu Medit (tidak suka memberi sedekah). Walaupun kekayaannya banyak berlimpah namun susah untuk memberi sedekah terhadap sesama. Ada yang ingin meminjam jarang dikasih.
Kalau ada yang meminjam padi satu kilo harus dikembalikan lebih dari satu kilo, kalau ada yang meminjam uang seribu harus dikembalikan seribu lima ratus. Dijaman sekarang mungkin disebutnya rentenir. Kalau ada yang telat dalam membayar hutangnya maka yang punya hutang akan dihukum dengan hukuman bermacam-macam mulai dari di jemur dibawah terik matahari, diikat kebatang pohon, dirantai dan sebagainnya.
Tetapi kalau ada pejabat yang datang ke kampung tersebut, maka akan di senangkan oleh Nyi Endit dikasih berupa-rupa hasil panen, rakyat miskin dijauhkan supaya tidak terlihat oleh pejabat teresebut, yang dikumpulkan hanya pegawainya saja. Hal ini yang menyebabkan pejabat yang datang tidak tau kelakuan Nyi Endit yang sering menindas rakyat.
Ada seorang kakek yang sudah tua umurnya yang berhutang pada Nyi Endit, suatu hari kakek itu ditagih oleh pegawainya Nyi Endit, karena tidak bisa membayar hutangnya kakek tersebut malah disiksa oleh pegawainya Nyi Endit. Maka pergilah kakek tersebut kerumah Nyi Endit untuk mengadukan hal tersebut. Tapi apa dikata sesampainya dirumah Nyi Endit dan mengadukan hal tersebut, bukannya di bela tapi malah kena marah oleh Nyi Endit dicaci dan dimaki oleh Nyi Endit.
Sang kakek merasa sakit hati oleh Nyi Endit, maka sang kakek pergi pun dari rumah Nyi Endit sambil menangis. Karena sudah tua dan hari itu sang kakek belum makan, ditengah jalan sang kakek tidak kuat lagi berjalan dan dia pun jatuh. Sang kakek jatuh dan tidak bisa berdiri, dia pun berteriak minta tolong namun tidak ada seorangpun disana. Tiba-tiba datang seorang anak bertubuh hitam berkepala botak dan perutnya buncit.
Sang anak itu kemudian meolong sang kakek. Sambil keheranan sang anak bertanya kepada sang kakek, 'kakek kenapa jatuh?' sang kakek pun menjawab 'kakek jatuh karena lapar, letih dan juga sedih'. 'Aduh kasisan sekali kakek nampaknya sengsara sekali kakek ini' kata si anak. 'Iya kehidupan kakek memang sengsara dan masih banyak lagi yang lebih sengsara daripada kakek' kata si kakek. Si anak pun merasa heran karena di desa tersebut kelihatannya makmur banyak kebun dan tanaman padi berlimpah kolam pun banyak disana-sini, iya pun menanyakan hal itu kepda si kakek. Si kakek menerangkan semuanya bahwa kekayaan di kampung tersebut semuanya milik Nyi Endit yang sangat pelit dan selalu menyiksa rakyat miskin.
Sang anak merasa miris mendengar cerita dari sang kakek dan sangat marah hatinya. Lalu dia pun pergi ke rumah Nyi Endit yang pada hari itu sedang mengadakan hiburan di rumahnnya. Dia datang ke hadapan Nyi Endit dan meminta makanan. Nyi Endit pun merasa kaget ada anak kecil jelek lagi datang kehadapannya meminta makanan, bukannya dikasih malah si anak dimarahin sama Nyi Endit dan menyuruh pegawainya untuk memberi pelajaran kepada anak tersebut. Sang anak pun lari dikejar-kejar pegawai Nyi Endit namun tidak terkejar oleh pegawainnya Nyi Endit.
Malam harinya saat Nyi Endit sedang mengadakan hiburan di rumahnya, tiba-tiba dikagetkan lagi dengan kemunculan anak tersebut yang kembali meminta makanan. Nyi Endit pun marah dan mencaci maki anak itu. Lalu anak itupun berkata kepada Nyi Endit 'apakah hartamu akan kamu bawa mati?' Nti Endit pun menjawab 'iya daripada aku bagikan kepada orang jelek miskin seperti kamu lebih baik aku bawa mati'.
Maka saat itu juga si anak menancapkan sebuah bambu kuning di pelataran rumah Nyi Endit dan berkata 'jangan cabut bambu ini bila tidak ingin bencana melanda'. Mendengar itu Nyi Endit pun makin marah dan tidak menghiraukan ucapan anak itu, dia pun mencabut bambu tersebut.
Setelah bambu dicabut, tiba-tiba memancurlah air dari tanah itu yang semakin lama semakin banyak dan terus memancur. Nyi Endit pun ketakutan dan iya pergi kedalam rumah untuk menyelamatkan hartanya. Namun apa yang terjadi, air tesebut semakin banyak dan akhirnya menengelamkan Nyi Endit dan hartanya, jadilah sebuah danau atau situ yang sekarang disebut situ Bagendit.
Itulah asal mula situ Bagendit, ini hanya sebuah kisah dongeng tentang asal mula situ Bagendit.